Bahasa dalam masyarakat merupakan
alat komunikasi yang sangat penting untuk berinteraksi dengan satu sama lain.
Bahasa memiliki aturan-aturan sosial yang berlaku bagi masyarakat tertentu.
Secara umum, Bahasa inggris memiliki kedudukan dan fungsi yang fundamental
sebagai Bahasa asing di Indonesia. Bahasa Inggris adalah Bahasa pengantar dalam
Pendidikan nasional maupun internasional. Setiap negara memiliki Bahasa
pengantar sendiri. Di Indonesia, Bahasa Indonesia merupakan Bahasa nasional
yang menjadi Bahasa pengantar resmi di sekolah maupun di masyarakat. Dengan
kata lain, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak
kecenderungan menuntut Bahasa selain Bahasa Indonesia di era society 5.0. Indonesia memiliki tiga
Bahasa secara umum, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa daerah, dan Bahasa asing.
Seringkali ketiga Bahasa ini tumpah tindih, terutama antara Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris. Dalam perkembangan dunia Pendidikan, Bahasa inggris
ternyata dapat meningkatkan pengetahuan siswa Indonesia setelah kurikulum, dan
merupakan mata pelajaran yang sangat penting di sekolah dasar, menegah dan
atas.
Sastra merupakan sebuah karya yang indah
dengan memberikan imajinasi pemikiran secara lisan maupun tulisan. Di era saat
ini, karya sastra sulit untuk didapatkan dan diakses oleh banyak orang.
Pemikiran dan kreativitas seseorang, memberikan suatu cakupan mengenai sastra
di era society 5.0. seiring
perkembangan zaman, banyak generasi zaman sekarang telah menghiraukan dan tidak
peduli dengan yang namanya karya sastra. Permasalahan ini menjadi suatu dampak
negatif terhadap sastra, dengan hal tersebut ini menjadi suatu dorongan untuk
kepedulian siswa dalam meningkatkan budaya karya sastra di Indonesia. Kepekaan siswa
SMA di pulau Jawa terhadap sastra dan Bahasa Inggris masing kurang dengan
banyak asumsi yang disampaikan para siswa tentang karya sastra yang begitu
membosankan dan tidak berharga.
Keterampilan Bahasa berdampak besar pada perkembangan siswa dari era 4.0 hingga era society 5.0, yang memengaruhi semua bidang yang berbeda termasuk Pendidikan dan pembelajaran. Perubahan linguistik dan karya sastra di era society 5.0 mengubah cara berpikir siswa yang berilmu sangat rendah dan memungkinkan generasi muda melakukan transisi untuk menjadi cerdas dan bijak dalam perkembangan teknologi yang terkait kebutuhan belajar di era ini. Pentingnya Bahasa dan sastra dalam pengembangan pembelajaran siswa di era revolusi 5.0 adalah terciptanya Pendidikan berbasis teknologi, informasi, industri dan humanis. Dampak revolusi Bahasa dan sastra pada generasi muda menawarkan dimensi pedagogis, kecakapan hidup, kerja sama, berpikir kritis dan kreativitas. Warga negara yang berwawasan global dan progresif memiliki kompetensi media dan Pendidikan moral dan karakter keteladanan. Dengan era 5.0, generasi muda mengembangkan keterampilan Bahasa dan sastra untuk mempersiapkan Pendidikan kompetensi, memahami dan menggunakan loT (Internet of Things) dalam pembelajaran. Bahasa dan sastra mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas masyarakat, terutama sumber daya masyarakat yang masih berkembang. Generasi muda harus bijak mengetahui perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang jauh lebih maju. Menghadapi dan memecahkan berbagai tantangan dan masalah sosial dalam Bahasa dan sastra sangat penting bagi revolusi sastra dan Bahasa. Pengajaran Bahasa dan sastra sangat perlu beradaptasi di era 5.0 saat ini. Karena Bahasa inggris dan sastra adalah salah satu hal terpenting dalam peralihan dari era 4.0 ke era 5.0. pandangan siswa tentang Bahasa dan sastra sangat meresahkan saat ini. Mereka beranggapan bahwa bidang ini sangat sulit dan membosankan untuk dipelajari. Karya sastra tampak antusias dan tertarik untuk meracik karya sastra di mata siswa masa kini. Generasi muda saat ini tidak mengetahui betapa pentingnya karya sastra di masyarakat era 5.0, sebaliknya generasi muda saat ini tidak memberikan gambaran tentang motivasi perkembangan zaman dalam perbaikan Bahasa yaitu Bahasa Inggris, menurut mereka Bahasa ini sangat sulit untuk dipahami. Kedua anggapan tersebut merupakan persoalan permasalahan Indonesia dalam membangkitkan kesadaran Bahasa dan sastra di kalangan generasi muda di era masyarakat 5.0.
Masalah kurangnya minat siswa untuk belajar Bahasa inggris dan sastra disebabkan oleh beberapa faktor lingkungan seperti sekolah, ukuran kelas, kualitas guru dan kehadiran siswa. Selain itu, banyak siswa yang beranggapan bahwa Bahasa inggris dan karya sastra hanya bidang studi biasa, tanpa disadari bahwa memiliki banyak keunggulan dalam kehidupan profesional dan seni di perusahaan multinasional atau nasional. Hal ini membuktikan bahwa perpaduan antara kemampuan konseptual atau kognitif siswa dan tingkat kemahiran Bahasa inggris dan penciptaan karya tulis seringkali menimbulkan masalah bagi mereka, karena gaya belajar siswa dan metode pembelajaran guru tidak sesuai dengan pembelejaran Bahasa inggris dan mendorong siswa untuk belajar karya sastra dengan mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka untuk perlu dikembangkan. Selain itu, siswa memiliki strategi yang minim dan cepat menyerah ketika mereka harus mengerahkan diri untuk belajar.
Jumlah rata-rata waktu setiap hari yang dihabiskan
pengguna internet berumur 16-64 tahun dengan berbagai jenis media dan
perangkat. Waktu dihabiskan pada penggunaan internet 8H 36M dan perubahan tahun
ke tahun -3,0% (-16 menit), televisi (siaran dan streaming) 2H 50M dan
perubahan tahun ke tahun -0,6% (-1 menit), menggunakan media sosial 3H 17M dan
perubahan tahun ke tahun +1,5% (+3 Menit), media pers online dan fisik cetak 1H 47M dan perubahan tahun ke tahun
+9,2 (+9 menit), mendengarkan layanan streaming
music 1H 40M dan perubahan tahun ke tahun 11,1% (+10 menit), untuk
penyiaran radio 0H 37M dan perubahan tahun ke tahun +12,1% (+4 menit),
mendengarkan podcast 0H 55M dan
perubahan tahun ke tahun +25,0% (+11 Menit) sedangkan waktu yang dihabiskan
pada penggunaan games adalah 1H 19M dan perubahan tahun ke tahun +3,9% (+3
menit). Masyarakat di Indonesia sangat banyak menghabiskan waktu luangnya
dengan menggunakan internet dan komputer, dan dengan tersebut maka ini menjadi
suatu potensi cakupan untuk siswa zaman sekarang agar lebih meningkatkan
pengetahuan dengan mengakses media internet dan komputer pada pembelajaran microlearning dan cyber literature.
Tentunya potensi besar untuk menjadi salah satu bangsa yang maju, bernilai dan lebih baik saat ini terletak pada dukungan tenaga-tenaga yang kompeten, kreatif dengan visi kemajuan bangsa yang jelas dan tegas. Seiring berjalannya waktu, dunia modern telah memasuki era globalisasi yang sangat maju berkat kemajuan teknologi informasi. Pengembangan Teknik membutuhkan keseimbangan dengan sumber daya untuk meningkatkan kualitas Pendidikan dan informasi. Dengan adanya teknologi informasi, peningkatan kualitas Pendidikan dan pengetahuan melalui microlearning dan cyber literature dapat diatasi. Pada awal pandemi, memberikan pembelajaran secara tatap muka yaitu online dan sistem pembelajaran tersebut mempunyai banyak keuntungan di masa pandemi. Hambatannya adalah kita harus melalui masa transisi di zaman sekarang sekalipun banyak para siswa dibekali dengan banyak pengetahuan, kemampuan peserta didik dalam Pendidikan berbeda-beda sehingga menyebabkan pemahaman dan efektivitas peserta jadi berkurang.
Microlearning
adalah kegiatan belajar dengan skala yang kecil. Topik pembelajaran yang
dilaksanakan menjadi beberapa segmen-segmen kecil dan lebih terfokus dan sistem
pembelajaran microlearning membantu
lebih mudah menerima, serta memahami informasi yang diberikan. Proses
pembelajaran yang diterapkan microlearning
memberikan konten belajar yang singkat, padat, jelas,sederhana dan juga sangat
memudahkan kepada siswa untuk mengingat materi dan mampu mempraktikannya. microlearning mendukung proses
dokumentasi pengetahuan dengan mempengaruhi pola belajar era digital. Beberapa keuntungan
bagi peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan pada microlearning di bidang Bahasa dan sastra, sebagai berikut
1.
Meningkatkan
kemampuan
Siswa akan mampu
meningkatkan kemampuannya dan mendapatkan pembelajaran atau pelatihan dengan
proses pembelajaran yang mengikuti perkembangan zaman.
2.
Meningkatkan
keterampilan saat bekerja
Microlearning memiliki sifat aplikatif yang meningkatkan pembelajaran secara
berkontribusi aktif. Hal tersebut menunjukan penguasaan hasil proses
pembelajaran dalam hal penguasaan materi, pengetahuan dan keterampilan.
3.
Lingkungan
pembelajaran jadi lebih baik
Keterampilan seorang
siswa dalam proses pembelajaran, diperlukan suatu aktivitas dan kegiatan yang
lebih menyenangkan seperti games mode
pembelajaran. Dengan hal tersebut aktivitas pembelajaran akan lebih
menyenangkan dibandingkan pembelajaran lisan atau nasihat saja dan tidak
monoton terhadap siswa yang mengikuti proses pembelajaran tersebut.
Pembelajaran ini
menyesuaikan kemampuan otak manusia, berorientasi siswa aktif serta
menyenangkan bagi siswa. Kehadiran microlearning
menghasilkan alternative pengembangan
SDM (Sumber Daya Manusia), tidak lepas dari perubahan dan perkembangan
teknologi di kehidupan manusia sehari-hari.
Dalam hal ini, keterikatan Sastra dan Bahasa bekerja
sama dengan microlearning dan cyber literature untuk meningkatkan
pengetahuan tentang digitalisasi sastra di masyarakat 5.0. karya sastra
dimaksudkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain sebagai komunikasi,
biasanya komunikasi terjadi melalui interaksi sosial, aktivitas linguistic dan mekanisme teknis.
Di era society
5.0 saat ini, pemanfaatan teknologi dan multimedia dalam dunia Pendidikan
sangatlah penting. Dengan berkembangnya teknologi, muncul inovasi-inovasi baru
di segala bidang, termasuk perkembangan sastra. Hal ini menyebabkan berbagai
perubahan dalam kehidupan sastra. Kelas sastra menggunakan metode
“Tradisional”, yang memungkinkan siswa hanya mempelajari buku cetak dalam
jumlah terbatas dan di tempat terbatas, seperti perpustakaan untuk membaca.
Dengan berkembangnya cyber literature ini,
menawarkan ruang bagi calon penulis untuk menunjukkan bakatnya.
Keberadaan cyber literature ini
menghubungkan jaringan komunikasi global tanpa batas baik penulis pemula maupun
yang sudah berpengalaman. Perkembangan hal tersebut menawarkan hal-hal positif
yang terus dilakukan oleh generasi muda.
Cyber literature
adalah kegiatan menulis dengan menggunakan media computer atau internet.
Munculnya istilah cyber literature
diawali dengan hadirnya komunitas (mailing
list) di dunia maya. Milis penyair adalah milis yang menandai tonggak
lahirnya cyber literature di
Indonesia. Cyberliterature telah
berkembang menjadi tiga wajah, yaitu sastra milis, sastra portal, dan sastra
blog. Cyberliterature sangat popular
dan berkembang di Indonesia, dalam dunia sastra fenomena ini secara tidak
langsung adalah digitalisasi sastra yang merupakan inovasi baru di era society 5.0.
Cyber literature
mampu membangkitkan preferensi sastrawan di masyarakat, sehingga
penulis-penulis baru bermunculan setip hari di berbagai website dan media penulisan. Jumlah pengarang yang banyak
menyebabkan banyaknya karya yang beredar di internet. Semakin beragam karya
yang ditulis, semakin besar pula kesempatan bagi pembaca untuk menikmati karya
tersebut.
Keberadaan aplikasi cyber literature merupakan kegiatan yang sangat penting untuk
meningkatkan kegiatan sastra karena kegiatan tersebut bersifat fleksibel dan
memberikan peluang kepada pemula untuk menambah pengetahuan dan kemajuan sastra
di masa mendatang.
Peran strategis cyber
literature dalam peningkatan digitalisasi sastra di era society 5.0 adalah kreativitas seseorang yang mampu
memutakhirkan karya-karyanya dalam jangka pendek untuk mendukung produktivitas
dan perkembangan sastra dengan cara berpikir yang berbeda dalam presentasi
Pendidikan pada wacana kemampuan berpikir dalam karya sastra. Dalam dunia
sastra, ia bebas dan berhak untuk mengekspresikan imajinasinya, menafsirkan
nilai-nilai estetika dan bebas menyampaikan pesan-pesan moral yang dibawanya,
baik ia seorang novelis/penulis terkenal maupun calon novelis/penulis. Hal ini
dapat diungkapkan oleh generasi muda Indonesia dengan menerbitkan karya sastra
dan menampilkan budaya Indonesia yang berbeda suku, budaya, ras, agama dan
banyak pulau, yang memberikan keuntungan bagi Indonesia untuk menunjukkan
kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara Bhineka Tunggal Ika.
Media massa juga berperan penting dalam keberadaan
karya sastra terapan. Sebuah produk budaya, ketika tidak dapat dikonsumsi oleh
masyarakat atau publik, maka karya sastra tersebut menguap menjadi tidak
berarti. Ini merupakan inovasi yang dikembangkan di masyarakat era 5.0 untuk
melepaskan imajinasi generasi muda dan menciptakan karya yang layak untuk
menghadirkan budaya Indonesia.
Perspektif tentang pembelajaran di kelas memperjelas
bahwa siswa belajar paling baik ketika mereka terlibat dalam pembelajaran
mereka dan membantu mengembangkan pemahaman konseptual yang kaya. Pandangan
tentang pembelaran ini terkait dalam hal perspektif kontruktivis, mengusulkan
bahwa siswa secara aktif dan sosial membangun pengetahuan mereka. Tantangan
yang dihadapi oleh pendidik adalah bagaimana menciptakan ruang kelas yang
mendukung proses pembelajaran ini. Pendidik akan menyadari kebutuhan untuk
mengkonfigurasi ulang ruang kelas sebagai lingkungan yang mencakup proses
individu dan sosial yang kompleks untuk keperluan dalam hal mempromosikan
pemahaman mengenai Bahasa dan Sastra. Lingkungan belajar yang bersaing, guru
perlu mengubah peran penyampaian informasi mereka menjadi perancah efektif yang
mendukung siswa dalam mengintegrasikan dan menerapkan ide. Dalam lingkungan
belajar tersebut, maka siswa juga memiliki peran baru terhadap Bahasa dan Sastra
di era society 5.0 oleh karena itu, target
pembangunan yang ingin dicapai dalam peningkatan proses pembelajaran Bahasa dalam
microlearning dan afeksi cyber literature adalah
1. Pendekatan
konstruktivis sosial dalam pengajaran Bahasa dan sastra
-
Penggunaan teori Vygotsky adalah teori konstruktivis
sosial. Proses pengajaran menciptakan kesempatan bagi siswa untuk belajar
bersama guru dan teman sebaya untuk membangun pengetahuan dan pemahaman. Guru
adalah fasilitator, bukan pemimpin. Pendekatan konstruktivis sosial menekankan
partisipasi dalam pengembangan pengetahuan dan pemahaman siswa tentang Bahasa dan
Sastra.
-
Situated
cognition adalah gagasan bahwa pikiran terletak dalam konteks
sosial dan fisik, bukan dalam pikiran individu. Kegiatan ini penting untuk memperkenalkan
pengajaran Bahasa inggris dan menciptakan sebuah karya sastra pada siswa
melalui microlearning dan cyberliterature, berbagai pemikiran dan
gagasan dengan menyalurkan ide-ide kreatif tentang pentingnya sastra dan bahasa
inggris di era society 5.0.
2. Guru
dan teman sebaya sama-sama sebagai fasilitator pembelajaran siswa.
-
Dalam hal ini menjelaskan bagaimana guru
dan teman sebaya dapat bekerja sama untuk meningkatkan pembelajaran siswa dalam
Bahasa inggris dan Karya sastra.
-
Scaffolding
(sistem dukungan), Teknik untuk memberikan tingkat dukungan yang berbeda selama
sesi dengan individu yang lebih berpengalaman. Seorang guru yang mempunyai
pengetahuan dalam bidang Bahasa dan sastra memberikan bimbingan dan pengajaran
kepada siswa tersebut agar sesuai dengan prestasi dan kemampuan yang
dimilikinya.
-
Sesi pembelajaran kognitif pemula, ahli
Bahasa dan sastra untuk meningkatkan dan mendukung pemahaman dan penerapan
keterampilan bagi siswa (Pemula). Contohnya adalah melibatkan siswa tersebut
untuk mengikuti berbagai kegiatan di bidang Bahasa dan sastra dengan memberikan
waktu bagi mereka untuk sesi tanya jawab, membuat pidato Bahasa inggris,
menciptakan puisi dengan memperkenalkan budaya Indonesia pada pengetahuan
Bahasa dan sastra.
-
Tutorial, meliputi fase pembelajaran
kognitif antara pakar dan pemula. Pelajaran dapat terjadi antara orang dewasa
dan anak yang lebih cakap dan anak yang kurang berpendidikan. Tutorial individu
sangat efektif dengan adanya asisten kelas, relawan, dan mentor dapat bertindak
sebagai tutor untuk mendukung pembelajaran Bahasa dan Sastra di kelas. Membaca
pemulihan dan sukes untuk semua adalah contoh program instruksional yang sangat
efekstif. Dalam banyak kasus, siswa-siswa mendapatkan lebih banyak manfaat dari
tutorial pembelajaran Bahasa dan Karya Sastra, contohnya adalah bagaimana
seorang siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan imajinasinya dengan
membuat sebuah drama, serta menguasai Bahasa inggris secara benar sesuai tata
Bahasa inggris. Kegiatan tersebut dapat diterapkan untuk menjadikan siswa
menyukai Bahasa inggris dan Karya sastra di era
society 5.0. Sukses sebagai guru menghasilkan pendidik bagi generasi muda
yang bisa berkarya di masa depan.
-
Pembelajaran kooperatif, hal ini terjadi
ketika siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk saling membantu belajar.
Sistem pembelajaran kolaboratif ini merupakan strategi yang efektif untuk
meningkatkan kemampuan Bahasa inggris dan sastra bagi siswa di era society 5.0. Tujuan ini merupakan
kelompok dan tanggung jawab individual yang telah ditentukan dalam peningkatan
suatu potensi dalam diri siswa tersebut. Pembelajaran ini seringkali juga
meningkatkan motivasi intrinsik, mendorong saling ketergantungan siswa, dan
mendorong pemahaman yang mendalam. Pendekatan pembelajaran kolaboratif meliputi
STAD (Student-Teams-Achievment Divisions),
pembelajaran kooperatif dan studi kelompok. Hal ini didukung oleh banyak
kelompok dari berbagai kemampuan, etnis, status sosial ekonmi, dan jenis
kelamin. Kegiatan ini menciptakan komunitas kooperatif yang melibatkan
pengembangan saling ketergantungan positif di semua siswa.
3. Menyusun
tugas kelompok kecil : membuat keputusan yang efektif saat menyusun tugas
kelompol kecil.
-
Membentuk kelompok, dua strategi
pembentukan kelompok kecil adalah partisipasi anak dengan kemampuan heterogen
dan keanggotaan kelompok yang mencerminkan heterogenitas etnis, sosial ekonomi
dan gender.
-
Keterampilan struktural, membangun tim,
kerja kelompok juga mencakup perhatian pada keterampilan membangun tim.
Strategi yang baik adalah menghabiskan beberapa minggu di awal tahun ajaran
untuk meningkatkan keterampilan siswa guna meningkatkan minat, kemampuan, dan
prestasi dalam Bahasa inggris dan sastra.
-
Dalam menyusun interaksi kelompok, suatu
kelompok pasti dapat bermanfaat bagi siswa jika mereka diberi peran yang
berbeda, misalnya pendorong, penjaga gerbang, pengelola tugas, kapten pendiam
dan pengawas bahan Bahasa dan Sastra. ini meningkatkan interaksi kelompok
melalui pertukaran ide. Dengan membahas Bahasa dan Sastra di era society 5.0, siswa dapat
meningkatkan pemikiran dan minat mereka terhadap Bahasa dan Sastra saat ini.
4. Program
konstruktivis sosial : menjelaskan tiga program konstruktivis sosial
-
Fostering
a community of leaners
Menekankan penggunaan konseling computer online oleh
guru, siswa dan lainnya
-
School
for thought
Menggabungkan kegiatan dari tiga program : (1) the jasper project, (2) fostering a community of leaners, dan
(3) computer-supported intentional
learning environments. Penelitian mendalam yang komprehensif dan promosi
pengembangannya guru membimbing siswa untuk menjadi ahli dalam membangun
pengetahuannya.
-
Sekolah yang kolaboratif
Mengatur semua kerjasama antara orangtua dan guru
dengan mengontribusikan bimbingan seorang guru dalam bidang Bahasa dan Sastra
sebagai sumber bantuan.
Dengan hal tersebut maka, siswa akan mendapatkan
benefit serta manfaat dengan kegiatan tersebut pada era society 5.0, antara lain:
1. Siswa
akan mendapatkan pemahaman yang baik tentang sifat dan operasi sistem teknologi
dalam bidang Bahasa dan Sastra.
2. Siswa
akan cakap dalam penggunaan teknologi.
3. Siswa
akan memahami isu etis, budaya dan masyarakat tentang hubungan digitalisasi cyber literature dan proses belajar
kontrutivis sosial secara efektif pada microlearning.
4. Siswa
dapat mempraktikkan secara langsung penggunaan sistem cyber literature dan microlearning.
5. Siswa
akan mengembangkan sikap positif terhadap penggunaan digitalisasi yang
mendukung pembelajaran seumur hidup, kolaborasi, dan produktivitas.
6. Siswa
menggunakan aplikasi cyber literature
dan microlearning untuk berkolaborasi
dalam membuat model yang ditinggikan oleh teknologi, mempersiapkan publikasi
serta menghasilkan pekerjaan kreatif lainnya.
7. Siswa
mendapatkan pengetahuan tentang telekomunikasi untuk berkolaborasi, serta
berinteraksi dalam bidang Bahasa inggris, pembuatan karya sastra dengan teman
sebaya, para ahli, dan pemirsa lainnya.
8. Siswa
menggunakan berbagai media dan format untuk mengomunikasikan informasi serta
ide secara efektif kepada banyak pemirsa.
9. Siswa
menggunakan cyber literature dan microlearning untuk menemukan dan
mengevaluasi ilmu untuk dapat diterapkan pada diri peserta.
10. Siswa
menggunakan cyber literature dan microlearning dalam perkembangan
strategi untuk menyelesaikan masalah di dunia nyata dengan pemahaman yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar